GMNI Kendari Serukan Jaga Solidaritas Dan Kondusifitas Jelang Pilkada 2024

Kendari, sultranews id – Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Kendari Rasmin Jaya menyerukan solidaritas dan persatuan untuk menjaga ketertiban, konduktivitas dan rasa aman pada Pemilihan Kepala Daerah 2024.

 

Selain mengajak seluruh anggota dan kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kendari ia juga mengharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah polarisasi dan chaos politik yang berpotensi memecahbelah kesatuan bangsa serta tetap menahan diri untuk tidak terprovokasi terhadap isu-isu sara, dan lain sebagainya.

 

“Dalam mencegah segala kemungkinan terburuk maka merasa penting untuk melakukan konsolidasi demokrasi dan memperkuat narasi kebangsaan. Karena kita organisasi nasionalis jadi merasa bertanggung jawab terhadap keberagaman meksipun berbeda sikap dan pandangan politik. Kekuatan social society harus kita jaga dengan terus melakukan sosialisasi dan edukasi politik kepada masyarakat, mencegah politik identitas dan turbulensi politik untuk mencegah berbagai polarisasi dan kekacauan sosial yang timbul di masyarakat,” Tegasnya.

 

Menurutnya pesta demokrasi dan pemilihan Kepala Daerah yang tinggal menghitung hari situasi politik di tengah masyarakat semakin memanas dengan berbagai atraksi dan pergerakan elit politik. Dimana eskalasi dan sirkulasi pergantian kepemimpinan daerah telah berdampak kepada masyarakat, tanpa sadar masyarakat telah terkontaminasi dengan nuansa politik pragmatis yang semakin tajam.

 

“Nihilnya politik gagasan yang progresif serta konsolidasi demokrasi menjadikan masyarakat rentan terpecah belah. Sehingga masalah demikian, harus dijadikan perhatian bersama stakeholder untuk meminimalisir potensi kerawanan demokrasi dan pilkada 2024. Apa lagi dunia maya diramaikan dengan berbagai isu tentang partai politik yang berselancar dan bermanuver di tengah pusaran demokrasi tanpa memberikan pesan positif kepada masyarakat sehingga banyak menimbulkan kebingungan,” tuturnya.

 

Dalam proses tahapan Pilkada yang sedang berjalan, kita mengharapkan agar masyarakat tidak gampang percaya dan mudah terpengaruh dengan isu propaganda yang dapat memecah belah persatuan bangsa, apa lagi sampai larut dalam sentimen para elit politik yang sedang mencari jalan menuju kekuasaan.

 

Sala satunya dengan melakukan sosialisasi dan edukasi politik semakin terstruktur, sistematis dan masif. Menjemput momentum ini menjadi penting dalam merayakan pesta rakyat dengan bersuka ria, keikutsertaan dan partisipasi sangat menentukan nasib daerah ke depan.

 

Pemuda Muna Barat ini mengingatkan, kedaulatan rakyat adalah salah satu harapan bersama dalam menentukan pergantian kepemimpinan daerah, pentingnya kita melegitimasi pemimpin untuk membawa cita-cita daerah ke arah yang lebih baik lagi.

 

“Kita juga harus terus mengawal dan memastikan program agar kesejahteraan dan keadilan sosial bisa terdistribusi dengan baik secara merata di segala komponen masyarakat,” tegasnya.

 

Suara rakyat adalah kunci yang menentukan bagi kehadiran sosok pemimpin politik yang di legitimasi oleh rakyat dan betul-betul memberikan yang terbaik

 

“Sehingga kita harus mengambil bagian dalam pesta demokrasi ini baik untuk mengawasi proses pemilihan ataupun terjun langsung di dalamnya menjadi bagian yang mempengaruhi siklus kekuasaan,” harapnya.

 

Ia juga membeberkan, peran elit politik di parlemen juga menjadi penting bagaimana dia menunjukan kemampuannya dalam menghasilkan produk kebijakan yang pro terhadap rakyat agar kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dapat dikembalikan

 

Peran dan kontribusi kadernya harus memberikan dampak yang positif terhadap masa depan rakyat, namun jika peran kader di parlemen tidak memberikan efek dan dampak untuk perubahan ekonomi masyarakat maka citra partai itu sendiri akan menurun.

 

Sebagai generasi muda, dikatakannya harus bisa melakukan mitigasi terhadap kerawanan pemilu agar masyarakat tidak terpecah belah, ketakutan akan adanya polarisasi dimasyarakat sangat rentan untuk terjadi baik sebelum pemilu maupun sesudah pemilu.

 

“Hal ini biasanya terjadi kepada klasifikasi pemilih yang fanatik dimana masing-masing pendukung terjadi silang pendapat bahkan sampai terjadi benturan ditengah masyarakat,” imbuhnya.

 

Fenomena demikian mesti dilakukan antisipasi sejak dini oleh penyelenggara pemilu, oleh figur dan semua yang menjadi bagian dari pesta demokrasi agar kedewasaan dalam berpolitik semakin baik,” tandasnya.(Rija)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *